Industri reasuransi global. | Foto: Ist
Meia Asuransi, JAKARTA – Analis di perusahaan agen reasuransi Gallagher Re menilai penyesuaian pasar buat memastikan solvabilitas industri (re)asuransi bakal tidak terelakkan seiring dengan akibat lanjutan dari inflasi dan peningkatan biaya pasokan akibat kerugian musibah alam.
Gallagher Re mencatat kerugian Nat Cat sudah menunjukkan pertumbuhan tahunan nan konsisten dalam beberapa dasawarsa terakhir, dengan tahun 2022 menkamui tahun kelima dari enam tahun terakhir dengan nilai kerugian nan iasuransikan melampaui US$100 miliar.
Hal itu disampaikan dalam laporan Bencana Alam 2022, nan dimiliki oleh Gallagher Re. Dilansir dari laman Reinsurance.news, analis di agen reasuransi Gallagher Re beranggapan bahwa penyesuaian pasar buat memastikan solvabilitas buat industri (re)asuransi bakal “tidak terelakkan” lantaran pasar berupaya menyeimbangkan akibat lanjutan dari inflasi, inflasi sosial, peningkatan biaya pasokan, dan variabel lainnya.
|Baca pun: Kerugian Akibat Nat Cat 2022 di Asia Pasifik Capai US$11 Miliar
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan paparan nan signifikan di wilayah nan amat rentan di seluruh dunia.
Akan tetapi, para analis juga menyatakan bahwa inflasi dan inflasi sosial adalah faktor-faktor krusial nan menambah biaya musibah alam nan meningkat dan sekarang mendorong sebagian besar kerugian akibat musibah setiap tahunnya.
Adajuga aspek nan digabungkan tahun lampau buat mendorong beberapa inflasi tertinggi dalam beberapa dasawarsa di sebagian besar wilayah dunia, termasuk akibat residual Covid-19, gangguan rantai pasokan, dan implikasi daya dari bentrok di Ukraina.
Faktor penyumbang inflasi dunia lainnya adalah kenaikan nilai rumah dan properti selama beberapa tahun, nan dikombinasikan dengan kenaikan nilai bahan gedung dan komoditas lainnya, berfaedah biaya buat memperbaiki alias mengganti rumah jauh lebih besar daripada lima tahun lalu.
|Baca pun: Hard Market Reasuransi Global Bisa Berdampak Kenaikan Premi Retrosesi
Gallagher Re mencatat bahwa entitas finansial pemerintah di seluruh bumi meningkatkan suku kembang dalam upaya buat mendinginkan pertumbuhan ini, tetapi menunjukkan bahwa tindakan ini tidak banyak mengurangi dampaknya atas perusahaan asuransi, nan dalam banyak kasus mengalami peningkatan dua digit pada klaim asuransi.
Masalah serupa mengelilingi pasar otomotif, di mana kekurangan suku cadang tidak hanya mengakibatkan tumpukan pesanan mobil baru, tetapi juga lonjakan besar dalam biaya rata-rata dunia kendaraan bekas.
Bagi reasuransi, sudah terjadi peningkatan biaya nan mengenai dengan akses ke modal, nan pada gilirannya memicu salah satu siklus pembaruan perjanjian nan paling susah pada 1 Januari 2023 selama bertahun-tahun.
“Sifat siklus dari pasar reasuransi nan keras lantaran pembayaran klaim nan lebih mahal dan bervolume lebih tinggi dari musibah alam, ketegangan geopolitik, inflasi, dll., berfaedah bahwa premi di tingkat pemegang polis juga menghadapi pertimbangan ulang nilai buat memastikan solvabilitas perusahaan asuransi dan kesehatan pasar nan lebih luas,” jelas Manajemen Gallagher Re.
Achmad Aris