Ini Dia Kunci Sukses di Balik Pertumbuhan Ekonomi 2022 sebesar 5,31% 

Sedang Trending 9 bulan yang lalu

Meia Asuransi, JAKARTA – Pemerintah menyatakan pencapaian pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,31% berkah kesuksesan bauran beragam kebijakan dan strategi konstruktif nan iambil pemerintah, salah satunya melalui program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PCPEN).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,31% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Perekonomian domestik tahun 2022 sukses tumbuh didorong tingginya pertumbuhan pada triwulan IV/2022 nan naik 5,01% (yoy).

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 lebih tinggi dari pertumbuhan sebelum pandemi COVID-19.

|Baca pun: Pertumbuhan Ekonomi 2023 Diperkirakan Tetap Solid

“Dibandingkan dengan Desember tahun lalu, kuartal IV tahun lalu, tumbuh 5,01% (yoy) dan secara kumulatif, di tahun 2022, ekonomi bisa tumbuh di nomor 5,31%. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari nomor pre-COVID-19, nan rata-rata sebesar 5% sebelum pandemi. Dan ini merupakan nomor nan tertinggi sejak masa pemerintahan Bapak Presiden, Bapak Joko Widodo,” ujar Airlangga dalam keterangan pers, dikutip, Rabu, 8 Februari 2023

Walaujuga saat diterpa angin besar pandemi COVID-19 pada tahun 2020 sempat mencatat pertumbuhan negatif, perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat.

Airlangga menyampaikan, bauran beragam kebijakan dan strategi konstruktif nan iambil pemerintah, salah satunya melalui program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PCPEN), merupakan kunci keberhasilan dalam mendorong laju ekonomi nasional.

“Di tahun 2022 ini, [program] penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional menjadi kunci keberhasilan,” ucapnya.

Adajuga dari sisi demand, kebanyakan komponen pengeluaran pada kuartal IV/2022 tumbuh kuat. Didukung windfall komoditas unggulan, ekspor bisa tumbuh double digit mencapai 14,93% (yoy). Sementara itu, impor tumbuh 6,25% (yoy) dengan didorong oleh kenaikan impor peralatan modal dan bahan baku.

“Kontributor utama dari PDB [produk domestik bruto) adalah konsumsi. Sektor konsumsi ini tumbuh 4,48% yoy. Dari investasi alias PMTB (pembentukan modal tetap bruto) itu tumbuh 3,33% dan konsumsi rumah tangga sebesar 5,7%,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut Airlangga, konsumsi pemerintah tetap mengalami kontraksi sebesar -4,77% yoy.

|Baca pun: BI: Cadangan Devisa Indonesia Meningkat, Total US$139,4 Miliar

Dari sisi supply, seluruh sektor lapangan upaya mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV-2022. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi ialah sebesar 16,99% (yoy) diikuti oleh sektor akomodasi dan makan minum nan tumbuh sebesar 13,81% (yoy) nan didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan peningkatan kunjungan visitor baik mancanegara maujuga visitor nusantara. Sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,64% (yoy).

Lebih lanjut Menko Perekonomian mengungkapkan, secara spasial seluruh wilayah di Indonesia terus mengalami penguatan. Pulau Jawa sebagai kontributor perekonomian nasional bisa tumbuh tinggi 56,48% (yoy) diikuti oleh Pulau Sumatera 22,04% (yoy) dan Kalibekas 9,23% (yoy). Lebih lanjut, Pulau Sulawesi 7,03% (yoy) dan Maluku dan Papua juga tumbuh 2,50% (yoy) beriringan dengan tingginya ekspor nan terjadi terutama akibat tingginya permintaan produk-produk komoditas unggulan di luar negeri.

“Beberapa leading indicators menunjukkan prospek cerah nan bakal menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan keahlian ekonomi global. Permintaan domestik tetap menjadi penopang utama ekonomi nasional pada tahun 2023, tercermin dari IKK [indeks kepercayaan konsumen] nan tetap tinggi menggambarkan optimisme ekonomi Indonesia ke depan nan tetap bisa lebih kuat lagi,” ujar Airlangga.

Indikator sektor eksternal Indonesia juga menunjukkan kondisi nan relatif baik dan terkendali, tercermin dari surplus transaksi berjalan, perseiaan devisa nan terus meningkat, ekspor impor nan tetap positif meski melambat, yield obligasi pemerintah nan melkamui, nilai tukar rupiah dan indeks nilai saham campuran (IHSG) nan menguat, dan rasio utang luar negeri Indonesia atas PDB dalam level aman.

“Pemerintah bakal terus waspada dan antisipatif dengan kondisi pelambatan ekonomi dunia nan bakal menurunkan tingkat permintaan. Dengan demikian, penguatan core ekonomi dalam negeri melalui konsumsi dan investasi bakal menjadi aspek utama buat meningkatkan resiliensi ekonomi Indonesia di tahun 2023, lantaran keahlian ekspor nan sebelumnya tumbuh tinggi diperkirakan bakal melambat,” pungkasnya.

Achmad Aris

Continue Reading