Meia Asuransi, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai industri reasuransi nasional memerlukan peningkatan modal buat meningkatkan kapabilitas dalam menyerap akibat asuransi di dalam negeri.
Analis Pefindo Hanif Pradipta dan Rivkyanantyo dalam tulisan bartajuk Industri Asuransi dan Reasuransi Menuju Permodalan nan Lebih Kuat, menerangkan salah satu tantangan utama nan dihadapi oleh perusahaan reasuransi saat ini adalah ekuitas nan secara umum relatif rendah, sehingga membatasi keahlian mereka dalam mengambil akibat pertanggungan nan signifikan dan kudu banyak berjuntai dari reasuransi internasional (retrosesi).
“Akibat rendahnya ekuitas, perusahaan reasuransi condong memjugayai porsi retensi nan lebih kecil,” terang keduanya.
Menurut Hanif dan Rivkyanantyo, tingkat retensi nan rendah ini menunjukkan adanya keterbatasan kapabilitas reasuransi dalam menangani akibat nan lebih besar. Total ekuitas perusahaan reasuransi terbesar di Indonesia hanya sekitar Rp2 triliun-Rp3 triliun, jauh lebih rendah dari perusahaan besar di sektor asuransi umum alias jiwa di Indonesia nan memjugayai total ekuitas Rp10 triliun-Rp15 triliun.
|Baca juga: INARE Diganjar Peringkat idA- Prospek Stabil oleh Pefindo
“Hal ini berbeda dari komparasi ekuitas antara perusahaan asuransi dan reasuransi internasional, dimana perusahaan reasuransi memjugayai ekuitas nan tidak jauh berbeda dari perusahaan asuransi.”
Di taraf perusahaan multinational, pada akhir tahun 2022 Munich Re dan Swiss Re adalah perusahaan reasuransi terbesar di bumi dengan ekuitas sekitar US$12 miliar-US$23 miliar, dibandingkan dengan perusahaan asuransi terbesar bumi seperti Allianz dan AXA di sekitar US$50 miliar-US$55 miliar.
Hanif dan Rivkyanantyo melanjutkan peningkatan modal diharapkan bisa memperkuat kapabilitas reasuransi dan meningkatkan keahlian perusahaan dalam memenuhi peran mereka sebagai mitra transfer akibat nan hkamul.
Dengan meningkatkan modal dasar, perusahaan reasuransi juga bisa meningkatkan kepercayaan dari pihak-pihak terkait, termasuk pengguna dan mitra bisnis. Meski demikian, mereka mengingatkan bahwa kapasitas nan meningkat juga kudu diiringi oleh peningkatan pertimbangan akibat nan lebih jeli dan penerapan strategi pengelolaan akibat nan lebih efektif, buat memastikan bahwa peningkatan modal nan dilakukan sejalan dengan profil akibat perusahaan.
Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel nan lain di Google News