Meia Asuransi, JAKARTA – Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan tetap bakal tetap solid meski melambat ke kisaran 4,9% seiring dengan pengetatan moneter dan akibat terjadinya resesi global.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia on Macro Update – FY22 GDP review: Encouraging economic recovery, ekonomi Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memberitahu Indonesia mencatatkan pertumbuhan PDB nan cukup tinggi sebesar 5,3% YoY pada FY22, sejalan dengan konsensus (vs 3,7% YoY di FY21) dan merupakan pertumbuhan tertinggi dalam sembilan tahun terakhir.
“Kami menilai nomor PDB FY22 Indonesia cukup baik, lebih tinggi dari perkiraan kami nan sebesar 5,1% YoY, di tengah ketidakpastian ekonomi global, volatilitas di pasar keuangan, dan inflasi dan suku kembang nan lebih tinggi.”
|Baca pun: IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023
Rully menjelaskan tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9% YoY pada FY22 (vs. 2,0% YoY di FY21), sejalan dengan proyeksi Mirae. Sementara itu pertumbuhan ekspor FY22 tetap solid mencapai 16,3% YoY (vs. 18,0% YoY di FY21), dan impor tumbuh 14,8% YoY (vs. 24,9% YoY di FY21). Hal ini mendorong peningkatan ekspor neto.
Sementara itu, sambungnya, sesuai perkiraan, pengeluaran pemerintah mengalami kontraksi di FY22 sebesar 4,5% YoY (vs ekspansi 4,2% YoY di FY21), lantaran adanya konsolidasi fiskal dan pengeluaran nan lebih terarah buat memastikan terjaganya keseimbangan fiskal.
Rully memperkirakan perekonomian Indonesia tetap mencatatkan pertumbuhan nan solid, meskijuga melambat di FY23 menjadi 4,9%. Perlambatan disebabkan oleh pengetatan moneter dan akibat terjadinya resesi global.
Di sisi lain ia percaya konsumsi rumah tangga bakal tetap solid didukung oleh inflasi nan lebih terkendali dan kebijakan nan akomodatif oleh BI dan pemerintah. “Kebijakan fiskal tetap konsentrasi buat menjaga stabilitas nilai sementara pada saat nan sama, BI tetap melakukan “kebijakan pro-pertumbuhan” di bagian makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, dan kebijakan ekonomi-keuangan nan inklusif dan hijau.”