Ramla Ali Pengungsi Somalia Menjelma Jadi Petinju Tak Terkalahkan

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

loading...

Profil Ramla Ali , pengungsi Somalia nan menjelma menjadi petinju tak terkalahkan di ring tinju wanita profesional. Ramla Ali mencatat rekor terbaru 8-0 setelah menghancurkan Avril Mathie laga eliminasi kelas bulu junior IBF selama 10 ronde di Hulu Theater, Madison Square Garden, Sabtu pekan lalu.

Hebatnya, Ramla Ali menjadi petinju wanita nan merusak rekor tak terkalahkan Avril Mathie lewat kemenangan angka. Kemenangan itu membikin Ramla Ali melangkah lebih dekat menuju perebutan gelar juara kelas bulu 55,3 kg.

Baca Juga: Ramla Ali Permalukan Petinju Tak Terkalahkan, Perpanjang Rekor Menang 8-0

Perjalanan menuju gelar juara bumi tidaklah mudah. Ketika dia tetap mini selama perang kerabat Somalia pada awal 1990-an, keluarganya melarikan diri dari rumah mereka di Mogadishu setelah kakak laki-lakinya terbunuh akibat sebuah granat nyasar. Mereka melarikan diri dari negara itu melalui perjalanan perahu nan rawan ke Kenya, dan akhirnya berhujung di London, Inggris.

Di sekolah, Ali diintimidasi lantaran kelebihan berat badan, hingga dia menemukan tinju di masa remajanya. Bahkan setelah dia mulai berkompetisi secara kompetitif, dia menyembunyikan hasratnya dari keluarganya, lantaran cemas ibunya bakal menganggapnya tidak sopan. "Saya tahu dia tidak bakal pernah mendukung," kata Ali.

Pada hari dia memenangkan gelar juara Inggris pada tahun 2016, dia memberi tahu keluarganya bahwa dia bakal berlari. Saat profil Ramli Ali melejit, ibunya akhirnya mengetahui dan memintanya untuk berakhir - nan dia lakukan, meski hanya untuk sementara. "Saya mengerti, lantaran dia tumbuh di era nan berbeda dengan saya," kata Ali. "Namun, pada saat nan sama, saya juga merasa kesal. Bagaimana mungkin Anda tidak mengerti bahwa inilah nan saya cintai?"

Delapan belas bulan nan lalu, seorang om di Mogadishu akhirnya membantu meyakinkan ibu Ali bahwa organisasi itu bahagia, bukannya malu. Saat itu, Ali telah mengambil keputusan untuk mewakili Somalia, bukan Inggris, di tingkat internasional. "Dia menelepon saya dan mengatakan bahwa dia sangat bangga pada saya," katanya. "Saya tidak pernah mempunyai personil family nan lebih tua nan mengatakan perihal itu."

Kini, ibu Ali adalah fans beratnya, meski dia belum pernah menyaksikan pertarungannya secara langsung. Hal itu mungkin bakal segera berubah. Pada bulan Mei, setelah Ali kembali dari sebuah turnamen di Botswana, ibunya memberikan sebuah janji. "Ia berkata, 'Jika Anda sampai di Tokyo, saya bakal memesan tiket dan kita bakal berjumpa di sana."

Saat dia tidak sedang berkeliling bumi untuk berkompetisi, Ali menyelenggarakan kelas bela diri mingguan cuma-cuma bagi para wanita di London Selatan. Sesi ini sangat terkenal di kalangan wanita Muslim nan mau belajar melindungi diri mereka sendiri di lingkungan nan ramah terhadap wanita.

Baca Juga: Anthony Joshua Gagal Kalahkan Franklin, Eddie Hearn: Kami dalam Masalah Besar!

Sebagai seorang pengungsi nan negara adopsinya memberinya begitu banyak kesempatan, Ali juga menyadari bahwa petinju Afrika nan berlatih di negara asalnya tidak terwakili dengan baik di papan atas tinju. Itulah kenapa dia menggalang biaya untuk membawa tim tinju Botswana, nan menyambutnya dalam perjalanannya baru-baru ini, ke Inggris untuk menjalani latihan selama seminggu menjelang All Africa Games.

"Hal nan membedakan mereka dari negara lain bukanlah skill mereka," katanya. "Itu hanya kebenaran bahwa mereka tidak mempunyai kesempatan nan sama."

Ramla Ali berambisi orang lain bakal terinspirasi untuk tidak menyerah pada olahraga tinju. "Jangan terhalang hanya lantaran seseorang mengatakan kepada Anda bahwa itu bukan perihal nan semestinya dilakukan oleh seorang gadis," katanya. "Lakukan saja apa nan membikin Anda bahagia."

(aww)